Sebenarnya istilah Keris itu mengacu pada wilah Keris dan perabotnya. Jadi kalau kita menyebut Keris itu maka yang dimaksud adalah wilah Keris lengkap dengan Ukiran, Mendhak, Warangka dan Pendhok. Seperti yang diungkapkan salah satu sesepuh Perkerisan di Surakarta:
“Menawi tiyang Jawi mastani Keris, Dhuwung, Wangkingan, punika ingkang dipun kajengaken: Dhuwung ingkang sampun mrabot, dados jangkep menggah prabotipun, dados sampun mawi Jejeran (Ukiran), Sarungan (Warangka), saha Kandhelan (pendhok)”
Terjemahannya:
Jika orang Jawa menyebut Keris maka yang dimaksud adalah Keris yang sudah memakai perabot, jadi lengkap perabotannya yakni telah menggunakan hulu, bersarung dan memakai Pendhok.
Di dalam serat Centhini dimana menjadi semacam Ensiklopedia Jawa paling lengkap yang pertama kalinya ditulis oleh bangsa kita, ternyata juga dibahas lambang dan makna dari bagian/ricikan Warangka Keris dan perabotan Keris lainnya. Khususnya yang terdapat pada warangka keris Jawa gaya Surakarta, yakni sebagai berikut:
Kayu
Pakaian/busana Keris yang pertama adalah Warangka. Bahan terbuat dari kayu, yang sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu hayun. Kayu berasal dari bagian pohon yang bahasa Arabnya Sajarah. Kata hayun merupakan bagian dari Sajaratul Yaqin (pohon keyakinan). Yakni keyakinan bahwa kita hidup, tidak mati.
Godhong
Yang disebut godhong adalah jiwamu dua, dua dalam satu yaitu perlambang Tuhan dan hamba-Nya. Harus dapat satu niat.
Godhong melambangkan manunggaling Kawula Gusti. Dua dalam satu, satu tapi dua. Antara Tuhan dan hamba-Nya, harus satu niat, satu tujuan, dan satu kehendak.

Angkup
Yang disebut Angkup artinya harus mantap tunduk menyadari sebagai hamba, berdiam diri kepada Tuhan.
Angkup melambangkan sikap tuwajuh, yang berasal dari kata Arab tawajuh (artinya mantap dalam keyakinan), mantap menghadap Tuhan. Mantap dalam hal ini tidak lagi mencari sesembahan selain Tuhan Yang Maha Esa.
Tuwakup berasal dari bahasa Arab, Tawaqqaf. Yakni berdiam diri dalam keyakinan, pasrah dalam keyakinan penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Latha
Adalah kotoran dari rambut tipis di kening. Kotoran tersebut hendaknya dibersihkan yang utamanya dilakukan saat menjadi pengantin. Yang biasa disebut dilatha, yang berarti wajah pengantin yang dihiasi. Hal ini bermakna, bahwa manusia harus dihiasi dengan tindakan yang menyenangkan jika ingin memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak.
Ri Cangkring
Artinya pundak manusia, dimana semua manusia harus mampu memikul tanggumh jawab yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya, yakni sebagai pemimpin di dunia ini. Minimal sebagai pemimpin terhadap dirinya sendiri.

Gandar
Yang disebut Gandar adalah perawakan manusia, ketentuan Tuhan dan sesamanya. Maksudnya melambangkan perawakan dan ketentuan Tuhan yang berada dalam postur tubuh kita, atau sudah sesuai kodrat Tuhan.
Pendhok
Artinya tempat tata kramanya. Maknanya badan manusia sebagai tempat tata kramanya.
Kandelan
Kandelan merupakan bahasa Jawa halus atau kromo inggil, yang artinya juga Pendhok. Kandelan berasal dari kata ngandel, yang artinya percaya. Juga dapat diartikan kumandel, yang artinya mengandalkan.

Makna dari kandelan ini adalah orang yang percaya kepada Tuhan, pasti mengandalkan Tuhan dalam segala urusannya.
Kathekan
Maknanya menantikan datangnya Tauhid.

Mendhak
Artinya meluluhkan atau menundukkan keinginan hati dengan cara merendah.

Ukiran
Merupakan tanda kekuatan Tuhan Yang Maha Tinggi, yang dapat meninggikan segalanya namun juga dapat merendahkan segalanya. Yang akan diangkat-Nya akan mulia, namun yang dihancurkan tidak akan bisa lari menghindar.