Metuk adalah bagian sebilah Tombak yang bentuknya menyerupai cincin tebal dan besar. Letaknya tepat di bagian bawah sor-soran, melingkari bagian pesi yang menempel langsung pada bilah tombak sebelah bawah.

Kegunaan praktis Metuk adalah untuk menahan bilah tombak agar bila mendapat benturan keras di ujungnya, bilah tombak tidak amblas masuk ke dalam tangkainya. Bagian Metuk ada yang merupakan logam terpisah dari bilah dan pesinya, namun ada pula yang merupakan satu-kesatuan dengan bilah dan pesi tersebut yang biasa disebut sebagai Metuk iras.

Walaupun Metuk yang kita kenal sekarang merupakan salah satu ricikan atau bagian dari tombak, pada keris-keris Tangguh Tua/Sangat Super Sepuh, Metuk juga merupakan salah satu ricikan. Kebetulan saya juga memiliki 2 bilah Keris temuan Sungai Brantas yang bertangguh Singhasari masih memiliki ricikan Metuk yaitu berdhapur Jangkung luk 3 (tiga) dan berdhapur Carang Soka luk 7.


Adapun filosofi ricikan Metuk yang saya peroleh dari rekan komunitas pecinta tosan aji, dapat saya sampaikan dengan beberapa sudut pandang yang tentunya semakin memperkaya khazanah budaya tosan aji di Nusantara yaitu sebagai berikut:
Dari sudut pandang Metuk sebagai bagian/ricikan pada tombak untuk senjata perang:
Bahwasanya Metuk berasal dari kata dasar Petuk (Bahasa Jawa yang artinya berjumpa atau bertemu). Sedangkan Metuk lebih bersifat sebagai kata aktif yang artinya menjumpai atau menemui atau lebih tepatnya menjemput. Ya…dengan tombak para Prajurit Jawa menjemput keharuman nama atau kematian mulia karena ajal paling indah dijemput dengan amal suci Perang Sabil. Metuk adalah perlambang dzikrul maut, sebab maut jikapun tak dijemput, ia yang akan menjemput. Di dalam Kitab Suci Al-Quran juga telah disebutkan: “Di mana saja kalian berada, kematian akan mendapati kalian, kendatipun kalian berada di benteng yang tinggi lagi kokoh” (Al Quran Surat An-Nisa ayat 78).
Dari sudut pandang Metuk sebagai bagian/ricikan pada tombak untuk pusaka mencari rejeki:
Bahwasanya Tombak juga dipakai sebagai piyandel/pusaka yang diharapkan menambah rejeki baik berupa harta maupun non harta (misal rejeki berupa kesehatan, ketentraman rumah tangga, keselamatan, kelancaran urusan duniawi dll). Dalam hal ini sebuah pertemuan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik, bisa jadi dengan menyambung tali silaturrahim, berkahnya adalah Panjang umur dan rizqi yang lapang. Sebagaimana Hadist (HR Bukhari dan Muslim): “Barangsiapa suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia sambung silaturrahim”