Sebagai bagian dari Tosan Aji, tombak memanglah tidak sepopuler keris. Namun harus diakui, tombak memiliki daya tarik dan kharismanya sendiri. Dengan wujud seperti banyak kita kenal, tombak memberikan kesan gagah, garang dan tangkas bagi seorang Kesatria, tatkala ia harus menghadapi musuh dari atas kuda perang misalnya. Sebagai bagian dari pusaka ampuh yang digunakan untuk menghadapi lawan di medan perang, tombak memang membutuhkan keahlian khusus untuk menggunakannya.

Contoh Kesatria dengan kesaktian pusaka tombaknya kemudian berhasil melumpuhkan musuhnya antara lain Sutawijaya yang berhasil membunuh Arya Penangsang, Adipati Jipang dengan Tombak Kiai Plered. Tombak legendaris ini kemudian menjadi simbol berdirinya Kerajaan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya.

Ada lagi tombak sakti Kiai Baru Klinthing, milik Ki Ageng Wanabaya, penguasa Mangir. Tombak yang dimitoskan berasal dari lidah Naga ini sangat ditakuti, bahkan juga membuat gentar seorang Raja sekelas Panembahan Senopati. Walaupun akhirnya Panembahan Senopati berhasil membunuh Ki Ageng Mangir dengan tipu muslihat, namun sama sekali bukan karena menaklukan tombak pusaka bernama Kiai Baru Klinthing itu.

Penulis sendiri mendapat keberuntungan dengan mendapatkan Tombak Pusaka yang tergolong langka karena berdhapur Sipat Kelor. Kebanyakan dhapur tombak Sipat Kelor dibuat khusus sebagai Tombak Pusaka, bukan untuk keperluan perang.

Beberapa ciri khas tombak dhapur Sipat Kelor adalah mempunyai luk 3 (tiga). Luknya mulai pertengahan bilah, sedangkan bagian pangkalnya lurus. Tombak ini juga tidak memakai bungkul. Walaupun bentuknya sederhana, tombak dhapur Sipat Kelor termasuk langka, jarang dijumpai.

Penulis mendapatkan tombak tersebut dalam kondisi kotor dan tidak terawat. Namun setelah diwarangi tampak berpamor Pedaringan Kebak, artinya tempat beras terisi penuh. Dengan angsar/doa/filosofi kerejekian dan kemakmuran bagi pemiliknya. Dipadankan dengan landeyan/gagang tombak dari kayu Walikukun.

Kayu walikukun banyak ditemukan di hutan berhawa panas dengan sifat ulet dan keras, sehingga cocok digunakan sebagai landeyan/gagang tombak. Pohon Walikukun juga sudah sejak lama digunakan sebagai penawar pekarangan angker dengan cara ditanam di semua sudut pekarangan tersebut.