Sabtu (10/10/2020) malam, beberapa warga di Tuban Jawa Timur melihat cahaya merah terang membentuk garis vertikal tegak lurus. Banyak orang meyakini ini adalah lintang kemukus dan mengaitkannya dengan berbagai kepercayaan, khususnya pertanda buruk seperti akan ada pagebluk, bencana alam, dan lain sebagainya.

Sementara di dunia Perkerisan, lintang kemukus sendiri berkaitan erat dengan legenda Keris berdhapur Condong Campur.
Konon keris Condong Campur dibuat/dibabar beramai-ramai oleh 100 orang Empu di jaman menjelang runtuhnya Majapahit. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.

Ketika Kerajaan Majapahit sudah mencapai masa keemasan, terjadi banyak sekali perbedaan. Heterogenitas ini menyebabkan terjadinya perpecahan di masyarakat,baik dari aspek agama, budaya, kasta, dsb. Paling tidak ada 2 golongan yang memiliki perbedaan pandangan sangat tajam pada masa itu, yaitu:
- Golongan pertama, yaitu golongan pemilik modal, pedagang dan pejabat.
- Golongan kedua, yaitu golongan masyarakat bawah yang kecewa dengan kondisi yang mereka alami, seperti keterpurukan nasib, tekanan hidup dan penindasan.
Dalam dunia keris, golongan pertama di atas dapat diibaratkan dengan keris dengan Keris Sabuk Inten. Sabuk berarti ikat pinggang. Sedangkan Inten berarti intan atau permata. Dengan demikian, Sabuk Inten menggambarkan golongan pemilik modal yang bergelimang harta benda.

Golongan kedua yang disebutkan di atas adalah masyarakat kelas bawah yang kecewa, marah, terhadap keadaan. Dalam bahasa Jawa, perasaan mereka disebut sengkel atine atau jengkel hatinya. Dalam dunia keris, kondisi ini identik dengan keris dengan dapur Sengkelat, yang namanya diambil dari kata sengkel atine.

Dengan adanya perbedaan tersebut, diupayakan adanya persatuan (condong campur) antar golongan. Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu.

Tetapi yang kemudian terjadi hanyalah persatuan semu di permukaan saja. Padahal sesungguhnya tidak terjadi persatuan dalam kehidupan masyarakat Majapahit. Tidak berhasilnya upaya pembauran ini sesungguhnya disebabkan ketidakinginan para pemilik modal untuk melakukan pembauran tersebut dan khawatir akan terganggunya kepentingan mereka.
Dalam dunia Keris muncul legenda yang menceritakan adanya pertengkaran antara beberapa keris. Keris Sabuk Inten yang merasa terancam dengan adanya keris Condong Campur akhirnya memerangi Condong Campur. Dalam pertempuran tersebut, Sabuk Inten kalah. Sedangkan keris Sengkelat yang juga merasa sangat tertekan oleh kondisi ini akhirnya memerangi Condong Campur hingga akhirnya Condong Campur kalah dan melesat ke angkasa menjadi Lintang Kemukus (komet atau bintang berekor), dan mengancam akan kembali ke bumi setiap 500 tahun sekali untuk membuat huru hara, pagebluk, bencana alam, dll