Tangguh: Madiun era Mataram Luk: 5 Pasikutan: Prigel/Tangkas Warangka: Gayaman Yogyakarta Pamor: Jalatunda (dipercaya menambah wibawa bagi pemiliknya dan memudahkan mencari rejeki). Di bagian sor-soran ada pamor tunggak semi yg dipercaya untuk mendapatkan rejeki walau bagaimanapun kecilnya. Keduanya bukan pamor pemilih. Kembang kacang pogok. Pesi kotak dan utuh. Panjang wilah/pesi: 35 cm/ 7 cm
Belum lengkap rasanya bila seorang kolektor keris belum memiliki keris Megantoro ini, apalagi dengan pamor Jalatunda yang langka.
Pamor: Ngulit Semongko (dipercaya memudahkan mencari rejeki, mudah bergaul pada siapa saja dan dari golongan manapun. Pamor ini tidak pemilih dan cocok bagi siapa saja)
Warangan baru
Kembang kacang nguku bimo
Panjang wilah/pesi: 36 cm / 6 cm
Lubang tindik pesi/pangselan masih ada
Keris dengan bahan pamor meteor pastilah pamornya bernuansa yaitu keabu-abuan, ada yang kehitaman dan ada yang jernih (ndeling), yang jika diamati tampak aura sinar warna-warni. Hal ini menjadi sangat jelas jika keris diminyaki dan dipandang dibawah sinar matahari.
Sabuk Inten adalah salah satu bentuk dhapur keris luk sebelas. Ukuran panjang bilahnya sedang, permukaan bilahnya nglimpa. Keris ini memakai kembang kacang dan lambe gajah. Ricikan lain yang terdapat pada keris Sabuk Inten adalah sogokan rangkap, sraweyan, dan ri pandan atau greneng. Sabuk Inten dianggap dhapur keris yang wajib dimiliki oleh seorang kolektor, tak heran hingga kini masih tetap menjadi buruan penggemar tosan aji. Sabuk Inten di masanya merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan kemewahan.
Pamor: Tri Pamor (Sodo Sa’ler-Ngulit Semongko-Alip)
Warangan baru
Panjang wilah/pesi: 30 cm / 6,5 cm
Lubang tindhik pesi/pangselan masih ada
Sirah cecak membulat sengoh khas tangguh Tuban
Pada salah satu sisi bilah terdapat pamor berbentuk huruf “Alif” yang terletak di dalam lingkaran.
Brojol adalah suatu istilah atau kata yang sering dipergunakan untuk mengungkapkan peristiwa lahirnya jabang bayi. Pesan yang ingin disampaikan oleh empu melalui keris dhapur brojol adalah agar manusia dapat dilahirkan kembali secara spiritual, disucikan, atau kembali ke fitrah.
Dhapur Brojol dapat juga dimaknai sebagai sebuah pengejawantahan keinginan manusia untuk senantiasa dapat lancar segala sesuatunya (mbrojol) dalam hal menyelesaikan kesulitan kehidupan. Simbolisme dhapur Brojol berupa kelahiran memiliki posisi tersendiri dalam diri kolektor keris.
Tentang Pamor:
Pamor Sodo Sa’ler dipercaya dapat menambah kewibawaan, ketenaran dan keteguhan iman.
Pamor Ngulit Semongko dipercaya memudahkan jalan rejeki dan mudah bergaul dengan siapa saja.
Pamor Alip dipercaya dapat memperkuat iman dan tahan godaan
Ketiga macam pamor ini tidak pemilih (cocok bagi semua orang)
Tangguh secara harafiah berarti estimasi atau perkiraan. Dalam dunia pekerisan di Pulau Jawa tangguh meliputi perkiraan mengenai zaman pembuatan atau gaya pembuatan. Jadi jika seorang mengatakan bahwa sebilah keris tangguh Majapahit, itu berarti bahwa keris itu diperkiraan buatan zaman Kerajaan Majapahit.
Definisi lain tangguh adalah perkiraan gaya kedaerahan atau zaman dibuatnya sebilah keris atau tombak yang dijabarkan dari pasikutannya, pengamatan jenis besinya, pamor dan bajanya. Yang dimaksud pasikutan adalah kesan selintas atas gaya garapan sebuah keris. Misalnya, keris tangguh Majapahit dapat diartikan; (1) dibuat dengan gaya (model) Majapahit, (2) dibuat oleh empu dari Majapahit.
Penyebutan nama tangguh keris terkadang kabur sehingga menimbulkan kontroversi diantara para Sutresna Keris/Tosan Aji, karena dalam budaya keris juga dikenal adanya kebiasaan mutrani atau pembuatan duplikat. Khusus untuk keris-keris putran (duplikat), penyebutan nama tangguh menjadi membingungkan, maka khusus untuk keris-keris yang demikian lalu disebut yasan, artinya buatan. Misalnya keris A merupakan duplikat keris B. Keris A buatan Surakarta,sedangkan keris B tangguh Tuban, maka keris A disebut tangguh Tuban yasan Surakarta.
Ragam tangguh keris yang dikenal masyarakat pekerisan di Pulau Jawa adalah sbb:
Tangguh Segaluh
Mempunyai pasikutan kaku tetapi luruh. Besinya berkesan kering, warnanya hitam pucat kehijauan. Pamornya kelem. Panjang bilahnya bermacam-macam ada yang panjang, ada pula yang pendek. Gandiknya maju ke depan, sehingga ganjanya selalu panjang.
Tangguh Pajajaran
Pasikutannya kaku dan kasar, besinya cenderung kering, keputih-putihan. Pemunculan pamornya tidak direncanakan. Menancapnya pamor pada bilah keris pandes (kokoh,dalam) dan halus. Pamor itu tergolong nggajih. Bilahnya agak panjang dibandingkan keris tangguh lainnya, gandiknya panjang dan miring. Sirah cecak pada ganja-nya lonjong memanjang.
Keris Dhapur Brojol Tangguh Pajajaran
Tangguh Kahuripan
Pasikutannya hambar, kurang semu. Warna besinya agak kehitaman, biasanya berpamor sanak, tetapi ada pula yang mubyar. Ganjanya agak tinggi, tetapi tidak begitu lebar. Ukuran panjang bilahnya sedang, luknya tidak merata, makin ke ujung makin rapat. Dan kalanya keris tangguh Kahuripan berganja iras, namun banyak juga yang tidak.
Tanggguh Jenggala
Pasikutannya luwes, birawa. Besinya agak kehitaman, berpamor lumer pandes, tetapi ada pula yang mubyar. Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan dibanding tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-soran. Luknya luwes merata, sirah cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang.
Keris Dhapur Gumbeng Tangguh Jenggala
Tangguh Singhasari
Pasikutannya kaku dan wingit. Bilahnya berukuran sedang, ujungnya tak begitu runcing. Warna besinya abu-abu kehitaman, nyabak (bagaikan batu tulis). Menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes. Penampilan pamor itu biasanya lembut dan suram (kelem). Gandiknya berukuran sedang, agak miring. Sirah cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang.
Keris Dhapur Jangkung Tangguh Singhasari
Tangguh Majapahit
Pasikutannya agak wingit dan prigel,besinya lumer (halus rabaannya) dan berkesan kering, warnanya agak biru. Menancapnya pamor pada bilah pandes lan ngawat (kokoh dan serupa kawat), sebagian pamor itu mrambut. Panjang bilahnya berukuran sedang, makin ke ujung makin ramping sehingga berkesan runcing. Luknya tidak begitu rapat. Gandiknya miring dan agak pendek.
Keris Dhapur Tilam Upih Tangguh Majapahit
Tangguh Madura
Dalam dunia pakerisan, biasanya dibagi menjadi dua, yakni Madura Tua yang se-zaman dengan zaman Majapahit dan Madura Muda yang se-zaman dengan zaman Mataram Amangkuratan.
Keris tangguh Madura Tua, pasikutannya dhemes (serasi,seimbang, menyenangkan). Besinya terkesan kering seperti kurang wasuhan, warnanya hitam pucat kehijauan. Pamornya nggajih dan nyekrak, kasar rabaannya. Panjang bilahnya tidak merata, ada yang panjang, ada yang sedang, ada yang agak pendek. Gajihnya sebit ron tal, sirah cecaknya pendek.
Keris tangguh Madura Muda mempunyai pasikutan galak. Besinya berkesan kering, seperti kurang wasuhan, warnanya hitam agak abu-abu, kadar bajanya kurang. Pamornya mubyar dan nyekrak. Gandiknya miring, ganjanya sebit ron tal, sirah cecaknya pendek.
Tangguh Blambangan
Pasikutannya demes. Besinya keputihan, dan berkesan demes, serasi. Pamornya, biasanya nggajih dan menancap pada permukaan bilah secara pandes. Bilah keris tangguh Blambangan berukuran sedang, ujungnya tidak terlalu meruncing. Gandiknya pendek dan miring, ganjanya sebit ron tal, sedangkan sirah cecaknya pendek.
Keris Dhapur Sujen Ampel Tangguh Blambangan
Tangguh Sedayu
Pasikutannya demes, serasi, harmonis. Panjang bilahnya sedang, berkesan ramping, luknya luwes. Besinya matang tempaan, berkesan basah, hitam kebiruan. Pamornya bersahaja,mrambut dan seolah mengambang pada bilahnya. Ganjanya tergolong sebit ron tal dan sirah cicaknya agak pendek.
Tangguh Tuban
Pasikutannya sedang, panjang bilahnya sedang agak lebar, agak tebal, luknya renggang dan dangkal. Besinya hitam, kadar bajanya banyak dan berkesan kering. Pamornya kelem dan pandes. Gandiknya pendek. Bentuknya sirah cecak pada ganjanya membulat, besar, tetapi pendek, sogokannya panjang.
Tangguh Sendang
Meskipun garpannya rapi, pasikutannya wagu, kurang harmonis, kurang serasi. Bilahnya kecil, ramping dan agak pendek. Besinya matang tempaan, kehitaman dan berkesan basah. Pamornya sederhana dan berkesan mengambang.
Pasikutannya wingit. Bilahnya berukuran sedang, besinya hitam kebiru-biruan dan berkesan basah. Pamornya tergolong kalem dan berkesan mengambang. Ganjanya tipis, sirah cecaknya pendek.
Tangguh Pajang
Pasikutannya kemba, besinya odol dan garingsing. Pamornya sawetu-wetune (tidak direka,tidak dirancang). Kembang kacangnya besar, lebar dan kokoh.
Keris Dhapur Parungsari Tangguh Pajang
Tangguh Madiun
Pasikutannya kemba, besinya berkesan basah. Pamornya sedikit tapi lumer dan pandes. Bilah tebal, biasanya nglimpa, konturnya agak mbembeng.
Keris Dhapur Megantoro Luk 5 Tangguh Madiun
Tangguh Koripan
Pasikutannya kemba, tanpa semu (hambar). Besinya garingsing (kehitaman dan berkesan kering); pamornya kebanyakan adeg, jenisnya pamor sanak.
Tangguh Mataram
Dibedakan menjadi tiga macam, masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Pertama, Mataram Senopaten : pasikutannya prigel, sereg; besinya hitam kebiruan. Pamornya pandes dan ngawat.
Kedua, Mataram Sultan Agung : pasikutannya demes (serasi, menyenangkan, tampan, enak dilihat); besinya mentah; pamornya mubyar.
Dan ketiga, Mataram Amangkuratan : pasikutannya galak, birawa; besinya mentah; pamornya kemambang. Tangguh Mataram Amangkuratan biasanya juga disebut tangguh Kartasura.
Keris Dhapur Sabuk Inten Tangguh Mataram
Tangguh Cirebon
Pasikutannya wingit. Bilahnya berukuran sedang, tipis,jarang yang memakai ada-ada; besinya hitam kecoklatan dan berkesan kering. Pamornya tergolong kelem dan berkesan mengambang. Ganjanya tipis; sirah cecaknya pendek.
Tangguh Surakarta
Pasikutannya demes dan gagah (serasi, menyenangkan, tampan, gajah), birawa. Besinya mentah; pamornya mubyar. Ganja-nya memakai tungkakan.
Tangguh Yogyakarta
Tangguh Yogyakarta agak mirip dengan tangguh Majapahit. Pasikutannya wingit dan prigel. Besinya lumer (halus rabaannya) dan berkesan kering, warnanya agak biru. Menancapnya pamor pada bilah pandes dan ngawat (kokoh dan serupa kawat); sebagian pamor itu mrambut. Panjang bilahnya berukuran sedang, makin ke ujung makin ramping sehingga berkesan runcing. Luknya tidak begitu rapat. Gandiknya miring dan agak pendek.
Sementara itu Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta, dalam bukunya Panangguhing Duwung membagi tangguh keris sebagai berikut :
Pajajaran
TubanMadura
Blambangan
Majapahit
Sedayu
Jenu
Tiris Dayu
Setra banyu
Madiun
Demak
Kudus
Cirebon
Pajang
Pajang Mataram
Ngenta-enta (Yogyakarta)
Kartasura
Surakarta
Keris Budha dan tangguh kabudan, walaupun dikenal masyarakat secara luas, tidak dimasukkan dalam buku-buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris yang dianggap masuk dalam tangguh Kabudan hanya sedikit, hanya dua, yakni jalak buda dan betok buda.
Keris Jalak Budha Tegak
ASPEK-ASPEK TANGGUH
Salah satu cabang Ilmu Perkerisan tradisional yang paling sulit dan sering mengundang pertentangan adalah ilmu Tangguh. Hal ini disebabkan karena dalam menangguh sebuah keris banyak unsur subyektifitas dan kesimpangsiuran dalam menafsirkan istilah-istilah Ilmu Tangguh masing masing penangguh baik dari buku maupun dari nara sumber lisan. Ilmu Tangguh adalah ilmu mengira-ngira usia dan asal sebuah keris. Tangguh dapat pula diartikan sebagai perkiraan model garap dan keris yang meniru model garapan dari jaman tertentu. Karena sifatnya memperkirakan maka hasil bisa benar tetapi bisa juga salah.
Untuk menangguh sebuah keris perlu dicermati : bentuk dan gaya garapan bilahnya baik secara menyeluruh maupun secara sebagian, selain itu juga jenis bahan dan garapan pola pamornya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahan dan sifat serta penggarapan besinya.
Keris disebut Tangguh Lempoh jika asal usul keris itu diketahui dengan pasti. Sedangkan Keris Tilar Tangguh adalah keris yang sulit dicari tangguhnya berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada keris itu. Karena Tangguh sering menimbulkan perdebatan maka Ki Anom Mataram dalam Serat Centhini memberi nasehat sebagai berikut : … Poma wekasingsun, lamun ana ingkang nyulayani, atuten kemawon, garejegan tan ana perlune, becik ngalah ing basa sethithik, malah oleh bathi, tur ora kemruwuk … (ingat pesanku, bila ada yang berselisih ikuti saja lah, berdebat tidak ada gunanya, lebih baik mengalah sedikit, malah akan beruntung dan tidak ramai… )
Uraian berikut ini akan diberikan sedikit keterangan tentang Tangguh dan istilah-istilah Jawa yang sering dipergunakan. R. Tannaya dalam bukunya “Pakem Kecurigan” mengatakan, Tangguh dimaksudkan sebagai kira-kira. Penangguh yaitu pengira-ngira pembuatan dijaman apa atau oleh empu siapa. Dalam menangguh keris penulis memberikan pedoman sebagai berikut :
Pertama, periksalah dengan seksama keadaan “sikutan” keris yang ditangguh. Setelah itu diteliti keadaan pamor, besi dan baja. Yang disebut sikutan (pasikutan) adalah cengkok (gaya) garapan serta watak bentuk keris (sikutan puniku lelagoning garapan lawan wanda ulat-ulataning dhuwung). Dengan demikian untuk mencermati pasikutan tidak hanya mata yang melihat tetapi juga rasa dan mata batin disertakan.
Adapun unsur-unsur yang diperlukan dalam menangguh adalah sbb:
2. Bentuk dan gaya garapan ganja : tempurung terbalik (ambhatok mengkurep), sengoh ambathok mengkurep), sebit lontar (sebit rontal, seperti daun tal disayat), sebilah lontar kepara landhung (sebit lontar agak panjang), sengoh sebit lontar kepara landhung.
3. Sirah cecak : panjang, pendek, condong ke rata (ageng kepara papak).
5. Sosok bilah (pawakan) : agak membungkuk, tinggi besar (birawa), lebar tipis, sedang, condong ke panjang (sedheng kepara corok), condong ke panjang, (kepara corok), padat (titih), titih menonjol (titih corok).
6. Tegaknya bilah (dedeg): sepadan, layak (sembada), tinggi lampai (lenjang), gagah (pideksa/tinggi dan besarnya seimbang), enak dipandang (respati), lungit (tajam/tinggi ilmunya/panjang menajam).
7. Sogokan : pendek tidak canggung (cekak luwes), panjang tidak canggung (panjang luwes), agak panjang, sedang (sesuai dengan panjang bilah).
8. Sifat luk-lukan : rapat teratur/kekar nurut, kekar birawa (rapat tinggi dan besar), kurang rapat/kurang kekar, hambar (kemba), besar hambar/longgar (ageng kemba), sedang nurut (sedheng nurut).
9. Dasar besi : hitam legam (gangsing), garing (kering), kering agak kebiruan, agak biru tapi halus, agak pucat (welu sawatawis), padat, matang keras padat agak garang (mateng kengkeng ladak), kurang matang, agak mentah, basah, agak basah, basah kurang barcahaya (teles kirang guwaya).
10. Rabaan pada besi (grayanganing tosan) : licin (lumer), keras, keras tajam, sedang.
11. Baja : banyak, kurang, sedang, sedang kurang matang.
12. Keluarnya pamor : banyak, kurang, tidak direncanakan (ing sewetu-wetune), menyala seperti rambut (mubyar angrambut), mubyar nyalaka (menyala seperti perak), menyala putih, putih menyala, kurang menyala, menyala putih seperti rambut (angrambut), melemak (seperti lemak, anggajih), menyala melemak berlapis-lapis (mubyar anggajih sap-sapan).
13. Menetapnya pamor : tandas (pandhes), tandas halus (pandhes alembat) tandas mengawat (pandhes angawat), tandas mengawat kencang dan keras (mandhes angawat kenceng tur keras), tandas menonjol pantas (mandhes mungal pantes), menonjol mengambang (mungal kumambang), hanya mengambang, agak melemak (anggajih sawatawis).
CIRI CIRI TANGGUH:
Dibawah ini diberikan ciri-ciri beberapa tangguh yang diambil dari beberapa sumber. Untuk dapat menentukan tangguh yang bersangkutan harus banyak belajar dari mereka yang tahu, membaca buku keris dan juga banyak melihat keris. Itu pun hasilnya terkadang tidak memuaskan karena sifatnya subyektif dan seringkali berdasarkan ilmu titen (bahasa Jawa).
1. Tangguh Pajajaran Sikutan : kaku. Ganja : ambathok mengkurep. Sirah cecak : panjang (landhung). Gandhik : miring panjang seperti biji melinjo dibelah Sosok bilah : sedang, birawa (tinggi besar). Tegaknya bilah : sesuai. Yang keluar luk-lukannya kurang rapat. Sogokan : sedang sesuai dengan badan bilah. Besi terkesan mentah, agak pucat. Dasarnya kering karena airnya yang asin. Keluarnya pamor : tidak direncanakan (sawetu-wetune). Menetapkannya pamor tandas lembut, sementara ada yang sedikit melemak.
2. Tangguh Majapahit Pasikutan : angker/berkharisma (wingit) tetapi tangkas. Ganja : sebit rontal. Sirah cecak : pendek. Gandhik : pendek miring. Sogokan : pendek serasi. Yang keluar luk : hambar (kurang rapat). Besi : rapat. Sosok bilah : padat/keras (titih). Rabaan halus, licin. Dasar besi : agak biru karena airnya yang bening. Keluarnya pamor : menyala merambut (mubyar angrambut). Menetapnya pamor : tandas mengawat
3. Tangguh Blambangan Sejaman dengan jaman Majapahit. Pasikutan : enak dipandang (dhemes). Ganja : sebit rontal. Sirah cecak : pendek. Gandhik : pendek miring. Sogokan : pendek serasi (cekak luwes). Yang keluar luk : hambar. Sosok bilah : titih (padat). Besi : basah. Basuhan besi : padat. Rabaan : keras, karena airnya yang agak asin. Pamor : melemak (anggajih) tetapi tandas. Sementara ada yang menyala merambut.
4. Tangguh Sedayu (Sidayu) Sejaman dengan jaman Majapahit Pasikutan : agak enak dipandang (dhemes sakedhik) Ganja : sebit rontal. Agak panjang. Gandhik : pendek miring. Sogokan : pendek serasi. Yang keluar luk : rapat nurut (keker nurut). Sosok bilah : sedang sampai panjang. Besi : kurang bercahaya (kirang guwaya). Rabaan : licin (lumer). Baja : sedang. Pamor : kurang, namun keluarnya menyala putih merambut (mubyar pethak angrambut). Menetapnya pamor : mengambang.
5. Tungguh Tuban sejaman dengan jaman Majapahit Pasikutan : sedang. Ganja : sengoh ambathok mengkurep. Sirah cecak : besar sampai papak (ageng kepara papak). Gandhik : pendek menyolok. Sosok bilah : lebar dan tipis. Sogokan : agak panjang. Yang keluar luk : luk-lukannya besar dan hambar. Besi : hitam (langsing), banyak bajanya. Pamor : kurang menyala. Menetapnya pamor : tandas menyolok.
6. Tangguh Madura sejaman dengan jaman Majapahit Pasikutan : dhemes (enak dipandang). Ricikan : meniru buatan Majapahit, agak panjang. Besi : matang, keras, dan galak. Baja : sedang. Pamor : menonjol, banyak, menyala, melemak (anggajih) berlapis-lapis. Rabaan : keras tajam. Sepuhan : terlalu matang. Kadang-kadang patah jika digunakan.
7. Tangguh Sendhang sejaman dengan jaman Majapahit Pasikutan : wagu (janggal), kurang serasi, kaku. Besi : agak basah. Pamor: mengapung.
8. Tangguh Demak Pasikutan : wingit, angker. Besi : basah. Pamor : mengapung Ganja rata. Gulu meled, sirah cecak : kecil dan menguncup. Pamor : bagus. Besi : agak kuning kurang bercahaya (guwaya). Sosok bilah : agak membungkuk. Tikel alis : pendek. Sogokan : panjang. Kembang kacang : kecil. Jalen : kecil. Lambe gajah : agak besar dan panjang.
9. Tangguh Pajang Pasikutan : kendor (odhol). Ganja : sengoh sebit rontal condong ke panjang. Gandhik : panjang miring. Sogokan : panjang. Yang keluar luk : luk-lukan rapat gagah (keker birawa). Besi : hitam (gangsing). Baja : sedang, kurang matang. Pamor : tidak direncanakan, namun keluarnya menyala putih (pethak mubyar), keluarnya sekehendaknya.
10.Tangguh Umyang Empu Supo Pajang Kyai Kedhe Ganja : lancip panjang. Gandhik : pendek. Kembang kacang : sedang. Tikel alis, pejetan dalam. Luk : rapat, mengarah ke kiri (kedhe). Bilah : tebal Sosok bilah : panjang. Besi : halus dan kering, halus. Pamor : agal/kasar dan beberapa menyala seperti perak. Buatannya halus dan bersih. Keris buatan Empu Umyang ini sangat bagus dimiliki pengusaha yang berkecimpung dalam menggandakan uang (kreditor).
11. Tangguh Kudus Ganja : rata. Gulu meled, sirah cecak : kecil dan pendek lancip. Buntut urang : rata. Pamor kurang sempurna, hanya samar-samar. Kebanyakan keris Kudus kurang panjang, lebih pendek dari keris Surakarta.
12. Tangguh Cirebon Ganja : kebanyakan iras atau rata. Gulu meled, sirah cecak : membulat. Buntut urang : lancip. Besi : keras tetapi hambar. Tegaknya bilah : membungkuk. Pamor : jarang yang sempurna, kebanyakan pamor sanak.
14. Tangguh Mataram: a. Tangguh Mataram Senopaten Pasikutan : tangkas (parigel), galak tetapi tampan. Besi : agak kebiruan. Menetapnya pamor : tandas, seperti kawat kencang. Ganja : sebit rontal. Ganja keris Mataram Senopaten banyak yang wulung, artinya bahan besinya bukan dari bahan bilah. b. Tangguh Mataram Sultan Agung Pasikutan : dhemes bagus (tampan, enak dipandang). Besi : agak mentah. Pamor : mubyar putih menyala. Baja : kurang.
15. Tangguh Kuwung dan Tapan, yaitu keris-keris buatan Empu Kuwung dan Empu Tapan yang hidup sejaman dengan jaman keraton Pajajaran. Gaya garapan dan pasikutannya juga mirip dengan Tangguh Pajajaran.
16. Tangguh Sukuh sejaman dengan jaman keraton Majapahit. Gaya garapan dan pasikutannya mirip dengan Tangguh Majapahit.
17. Tangguh Tuban Taruwangsa, Pekajoran sejaman dengan jaman keraton Demak. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan Demak, Tuban, dan Majapahit.
18. Tangguh Sastrotoya (Setrotoya), Sastrolatu (Setrolatu), Supokoripan sejaman dengan jaman keraton Mataram. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan mataram. Keris-keris buatannya bertuah untuk menolak banjir (toya) dan api (latu). Kebanyakan berpamor adeg sapu, meski tidak selalu. Keris-keris karya empu ini biasanya untuk menolak (memadamkan) api atau mencegah bahaya air/hujan badai.
Tangguh sesudah jaman Kartasura, jadi Tangguh Surakarta dan Ngayogyakarta, banyak yang menyebut Tangguh nem-neman (muda). Disebutkan dalam sejarah di masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono I dan II banyak dibuat keris-keris yang bermutu tinggi, antara lain juga dibuat duplikat keris Kanjeng Kyai Ageng Mahesa Nular dan tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered. Tidak disebutkan nama empu pembuatnya.
19. Tangguh Surakarta Semasa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono IV hingga IX, banyak dibuat keris, tombak dan pedang yang bermutu tinggi. Di antara empu keris yang terkenal adalah Empu Supo Brojoguno, Empu Supojogokariyo, Empu Supobrojokariyo, Empu Supobrojojoyo dan Empu Suposingowijoyo. Keris-keris buatannya umumnya panjang dan tebal. Pamornya : pamor Prambanan. Indah garapannya dengan sentuhan seni yang tinggi mutunya.
20. Tangguh Ngayogyokarto Hadiningrat. Menurut penilaian GBPH Yudoningrat, masing-rnasing jaman pemerintahan raja, keris buatanya (yasan) mempunyai ciri tersendiri.
Yasan Sri Sultan HB I bersifat weweg (tegap)sembodo, bilah birawa (besar) Yasan Sri Sultan HB V (Riyokusuman) relatif lebih pendek , mirip karya jaman Majapahit Yasan Sri Sultan HB VI dan VII, bilah relatif besar dan tebal. Yasan Sri Sultan HB VIII, besar tetapi kurang panjang (ageng kirang dedeg) Yasan Sri Sultan HB IX, pasikutan wingit, sederhana. Yang dimaksudkan yasan adalah karya empu kolektif abdi dalem raja.
Yang jelas, Tangguh Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan campuran Tangguh Majapahit dan Mataram. Sosok bilah sedang, tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu pendek. Bilahnya tidak ngadhal meteng (besar ditengah) atau kempot (kecil ditengah). Pasikutannya wingit.
Dibawah ini sejumlah Tangguh lain yang sering dijumpai:
1. Tangguh Kadewatan, keris dibuat tanpa api. Empunya Empu Ramadi dan Empu Onggojali. Bilah : tebal, sosok bilah tebal nglimpa, besi halus/licin pamor hanya sedikit.
2.Tangguh Purwocarito. Bilah umumnya pendek tebal, lebar, besi halus. Ganja mbathok mengkurep, pendek tapi gemuk.
3. Tangguh Sigaluh (Segaluh). Pasikutan : kaku hampir sama dengan Tangguh Pajajaran, Majapahit. Besi : ngrekes dan berserat, terkesan mentah. Baja : keras. Tegaknya bilah : tegak sampai sedikit agak condong ke kiri. Gandhik : menonjol. Ganja : bathok mengkurep sampai rata. Sosok bilah : tipis dan kering. Keris Sigaluh sangat menyolok bagian sor-sorannya yang menyerupai kursi terbalik, bagian depan menonjol, ganja menonjol ke depan.
4.Tangguh Bugis. Pasikutan : kaku, galak. Besi : agak mentah, berat jika ditanting. Rabaan : sangat kasar, tapi ada beberapa yang halus. Pamor : agal (kasar) dan melemak, ada yang beberapa mubyar nyalaka. Sepuhan besi : sangat matang. Tanda khas : pesi relatif lebih pendek dari pada keris sejenisnya dari Jawa. Tegaknya bilah sedikit membungkuk.
5.Tangguh Lombok dan Kupang Pasikutan : kaku/galak. Besi : berat, jika ditanting terasa lebih berat. Rabaan : nggrasak, wasuhan kurang matang. Pamor : putih, berserat-serat. Kembang kacang : sering dilengkapi dengan jenggot. Begitu juga bilahnya terkadang diberi hiasan pudhak setegal.
6. Tangguh Empu Ni Sombro (termasuk Tangguh Tuban). Yang banyak di masyarakat keris Sombro ini tidak memiliki ricikan apa-apa. Besi : halus, licin, kering. Bilah : lebar dan tipis. Pesi : pipih dan dipilin (diuntir) ujungnya berlubang seperti lubang jarum. Pada permukaan bilahnya terdapat pijitan bekas ibu jari, berlekuk-lekuk, jumlahnya bisa 3-5, konon keris Sombro dibuat tanpa api. Ganja : iras, kecil. Sirah cecak : bulat Buntut urang : rata. Pamor : jika ada sangat halus. Tegaknya bilah : kurang serasi. Keris Sombro banyak digunakan untuk meredam keris ‘panas’ ukurannya kecil saja, disebut juga keris Tindhih.
7. Tangguh Guling Mataram (Guling adalah nama Empu jaman Mataram) Pasikutan : wingit. Ganja : lancip, sebit rontal. Luk-lukan : rapat nurut. Kembang kacang : membulat. Pejetan, tikel alis : lebar dan dalam, serasi. Pamor : halus, mubyar menyala seperti perak. Ada-ada : ditengah seperti punggung sapi. Pesi : seperti diuntir (dipilin). Yang banyak beredar : luk 11 dan 13.
8. Tangguh Bagelen Ganja : mbathok mengkurep. Gandhik : lebar tapi pendek. Bilah : besar dan nglimpa. Pamor : mubyar nyalaka. Sepintas keris Begelen meniru Tangguh Mataram.
9.Tangguh Ngenta-enta Buntut urang lancip. Pasikutan : kaku. Ganja: rata atau sebit rontal. Basuhan besi dan pamor : kurang. Sosok bilah : sedang, umumnya pendek. Keris Ngenta-enta umumnya cukup bagus tapi kurang greget.
TANGGUH YASAN MATARAM, PB DAN HB:
1.Tangguh Yasan Ingkang Sinuwun kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo Mataram Ganja: sebit rontal. Gandhik : sedang. Kembang kacang : besar. Tikel alis, pejetan, sogokan : lebar, dalam, landhung. Besi : halus, lumer, mbludru, hitam mengkilat. Sosok bilah : panjang. Besi : kering, sedang. Pamor : menyala seperti perak. Luk-lukan : kurang rapat, kurang kekar.
2. Yasan Kyai Nom Mataram Ganja : sebit rontal agak gilig. Gandhik : sedang agak panjang. Kembang kacang : gobok. Tikel alis : pejetan. Sogokan : dalam, panjang, lebar sedang. Bilah : agak tebal. Sosok bilah : sedang. Besi : halus, nglumer, sedang kering. Pamor : halus. Pasak (pantek). Ganja dari emas.
3. Yasan Panembahan Senopati Ing Ngalaga Mataram. Ganja : pendek lagi gemuk sebit rontal. Gandhik : besar, pendek dan gemuk (sebok). Kembang kacang : besar, lebar. Tikel alis, pejetan, sogokan : lebar, dalam, panjang. Bilah : tebal. Sosok Bilah : sedang. Luk : agak rapat (kekar). Besi : halus berserat halus (nglugut).
4.Yasan Ingkang Sinuhun Amangkurat Kartasura Ganja : nguceng mati sampai mbathok mengkurep. Panjang bilah : sedang. Gandhik : pendek dan gemuk. Tikel alis, pejetan, sogokan : lebar, sedang, panjangnya. Luk-lukan : serasi. Pamor : seperti kawat (ngawat), menyala seperti perak.
5. Yasan Ingkang Sinuhun Susuhunan Paku Buwono (Sinuwun Bagus) IV. Empu : Brojoguno. Ganja : pendek dan gemuk, sebit rontal, lebar dan sedikit tebal. Gandhik : agak panjang besar, pendek dan gemuk. Tikel alis, pejetan, sogokan : lebar, dalam dan panjang. Bilah : tebal agak gilik (bulat torak), anglimpa kurang dedeg Besi : halus anglugut (serat halus). Pamor : Prambanan. Bilah karya Brojoguno terkenal keras, bisa untuk menembus keping uang logam.
6. Yasan Ingkang Sinuwun Sunan PB V Empu : Brojokaryo. Ganja : sabit rontal. Sirah cecak lancip, tebal, lebar panjang. Gandhik : pendek dan gemuk (sebok). Tikel alis, pejetan, sogokan : lebar, dalam dan panjang, bersih halus sekali. Bilah : tebal, panjang. Besi : halus, serat halus (anglugut), kering sekali. Pamor : Prambanan, halus lembut.
7. Yasan Ingkang Sinuwun Sunan PB VII Empu : Supo Japan. Ganja : sebit rontal agak panjang. Gandhik : agak torak bulat (gilik) panjang dan besar. Tikel alis, pejetan, sogokan : dalam, lebar dan panjang. Tegaknya bilah : panjang. Besi : halus, lumer, kurang kering. Pamor : seperti kawat (angawat), pamor Prambanan.
8. Yasan BPH Mangkubumi (calon Sultan HB I, waktu di Surakarta) Empu : Supobrojosentiko. Ganja : besar sebok, sebit rontal. Gandhik : besar, sebok. Tikel alis : pejetan, sogokan : lebar, dalam dan panjang. Sogokan ciyut (sempit) di dalam. Bawang sebungkul : bulat seperti bawang. Bilah : tebal. Besi halus, lumer seperti beludru. Menetapnya pamor : agak miring. Semua memakai pamor Prambanan.
9. Yasan ingkang Sinuhun Sunan PB IX Empu : Supo Singowijoyo, kemudian menurun, Supojoyowikatgo. Buatannya sama dengan karya ayahnya. Ganja : sebit rontal, sebok (pendek dan gemuk). Tikel alis sogokan dan pejetan : sempit dan dalam, panjang sedang. Bilah : tebal, panjangnya sedang. Luk-lukan : bagus tapi kurang kekar (rapat). Besi : halus, nglumer. Pamor : tandas, halus, semua pamor Prambanan. Banyak karyanya dengan gandhik bergambar naga, ular, macan dan hewan lain-lain.
10. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB IV Empu : Brojowedonolo. Ganja : bathok mengkurep, tebal dan lebar sebok agak pendek. Gandhik : besar sebok. Tikel alis, pejetan dan sogokan : dalam, lebar dan panjang (wiyar jero landhung). Bilah agak tebal dan besar. Panjang bilah : sedang. Luk-lukan : kekar. Besi halus anglugut (berserat halus), kering. Pamor : tandas, semua pamor Prambanan.
11. Yasan Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan HB V Empu : Brojosingo, rekannya Empu Brojomandholo. Ganja : sebit rontal, besar agak panjang. Gandhik : besar, sebok agak panjang. Tikel alis pejetan lebar dalam dan panjang. Sogokan : sempit agak panjang, bersih sekali garapannya. Bilah : tebal dan agak gilig. Luk-lukan : kekar, panjang sedang. Besi : halus nglumer seperti beludru kering. Pamor : tandas, ngawat, menyala. Semua pamor Prambanan. Ciri karya empu ini : bawang sebungkul ditatah kemamang (muka raksasa). Gandhik diserasah panji wilis
12. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB V Empu : Brojomandholo. Ganja : bathok mengkurep, tebal, lebar, sebok agak pendek. Gandhik : besar agak, sebok. Tikel alis, pejetan : lebar, dalam dan panjang. Sogokan : dalam, sempit agak panjang. Bilah : tebal, panjang sedang. Luk-lukan. : agak kekar. Besi : halus anglugut, kering sekali. Semua pamor Prambanan.
13. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB VI Empu : Brojomandholo rekannya Empu Brojolesono. Ganja : sebit rontal sebok agak pendek. Gandhik : sebok besar. Tikel alis dan pejetan : jero landhung wiyar (dalam, panjang dan lebar). Bilah : anglimpa besar (anglimpa ageng), panjang sedang. Luk-lukan : agak kekar. Besi halus seperti beludru. Pamor : tandas dan agak kasar (agal mandhes) semua pamor Prambanan.
14. Yasan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HB VII Empu : Kyai Joyomenggolo dari Bayat. Ganja : besar agak panjang, tebal. Gandhik : agak panjang gilig, sebok. Tikel alis, pejetan : dalam, lebar dan panjang. Luk-lukan : kekar. Bilah : tebal, panjang. Bilah sedang-sedang saja. Pamor : kurang tandas.
Keterangan Yasan dimaksudkan yang memerintahkan membuat. Yasa = membuat. Tangguh tersebut berdasarkan penglihatan penulis Surakarta yang mungkin hanya melihat beberapa karya empu-empu terkenaI di istana. Sudah menjadi rahasia umum karya-karya keraton itu banyak ditiru oleh empu-empu di luar kraton. Atau empu-empu kraton itu selain bekerja untuk Raja, di rumahnya juga membuat keris sendiri.
Kembang kacang nguku bimo besar gagah mendukung pasikutannya yang dhemes
Lipat tempa spasi rapat
Penampilan keris dhapur Sinom pada umumnya memberikan kesan dhemes, luwes, prigel, menyenangkan, tampan dan indah.Sangat jarang ditemui keris berdhapur Sinom yang terkesan seram, galak, wingit dan angker.
Sinom berarti muda (bahasa Jawa Kawi ) melambangkan hasrat masa muda yang baik untuk diarahkan menjadi kreativitas tinggi, semangat belajar, semangat berkarya dan bekerja.
Tidak mengherankan di masa lalu, keris dhapur Sinom sering digunakan sebagai hadiah bagi Pangeran-Pangeran muda yang baru saja dikhitankan/sunatan.